Mengenali Ciri-ciri Teroris Khawarij
Pembaca yang mulia, semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala
memudahkan kita semua memahami agama Islam ini dengan pemahaman yang
benar sehingga kita tidak salah dalam mengamalkan agama ini dan selamat
dari berbagai kerancuan dalam memahaminya. Sebagaimana dapat kita
saksikan, banyak orang merasa mengamalkan agama Islam ini namun ternyata
agama Islam sendiri berlepas diri dari tindakan dan perbuatan mereka,
seperti yang terjadi pada para teroris khawarij.
Para
pembaca yang mulia, belakangan ini isu-isu terorisme menghantui
masyarakat kita. Hal itu disebabkan maraknya aksi teror di tanah air di
satu sisi. Di sisi lain, adanya tindakan tegas dari pemerintah tehadap
para teroris tersebut sebagai pelajaran untuk mereka dan sekaligus
sebagai pengamanan bagi masyarakat dari aksi teror tercela tersebut.
Namun, muncul sebuah paradigma yang keliru pada sebagian masyarakat
dalam menilai (memvonis) siapakah para teroris tersebut. Oleh karena
itu, ikutilah pembahasan berikut ini agar tidak salah dalam menilai
(memvonis)!
Ideologi Teroris Khawarij
Mengapa
kami memberi embel-embel kata teroris dengan kata Khawarij? Karena,
kata teroris secara mutlak memiliki makna yang luas. Aksi teror telah
dilakukan oleh banyak kalangan, baik yang mengatasnamakan Islam ataupun
non-Islam, semacam yang dilakukan oleh orang-orang Yahudi terhadap
bangsa Palestina pada masa kini, dan semacam yang dilakukan oleh Sekutu
terhadap bangsa Jepang dalam peristiwa pengeboman Nagasaki dan Hiroshima
di masa lalu. Sehingga dengan penambahan kata “Khawarij” di belakang
kata teroris, akan mempersempit pembahasan kita. Pembahasan kita hanya
tentang orang-orang yang melakukan aksi-aksi teror di negeri kita
akhir-akhir ini yang mengatasnamakan Islam atau mengatasnamakan jihad.
Adapun Khawarij, merupakan sebuah kelompok sempalan yang menyempal dari Ash-Shirathul Mustaqim (jalan yang lurus) dengan beberapa ciri khas ideologi mereka.
Mengapa
kami menyebutnya ideologi? Karena mereka memiliki sebuah keyakinan yang
hakikatnya bersumber dari sebuah ide. Maksud kami, sebuah penafsiran
akal pikiran yang keliru terhadap nash (teks) Al-Qur’an atau
Al-Hadits. Dari sinilah kemudian mereka menyempal. Sekali lagi, hal ini
terjadi akibat penafsiran yang salah terhadap Al-Qur’an dan Al-Hadits,
bukan akibat penafsiran yang apa adanya, yang menurut sebagian orang
kaku atau “saklek”, dan tidak pantas dikatakan sebagai salah satu
bentuk ijtihad dalam penafsiran Al-Qur’an maupun Al-Hadits. Sehingga,
ideologi mereka sama sekali tidak bisa disandarkan kepada Islam yang
benar. Demikian pula aksi-aksi teror mereka sama sekali tidak bisa
dikaitkan dengan ajaran Islam yang mulia nan indah ini. Bahkan Islam
berlepas diri dari mereka. Lebih dari itu, Islam justru sangat mengecam
mereka, di mana Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengancam akan memerangi mereka jika beliau mendapati mereka. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
لَئِنْ أَدْرَكْتُهُمْ لَأَقْتُلَنَّهُمْ قَتْلَ عَادٍ
“Jika aku mendapati mereka, maka sungguh aku akan memerangi mereka seperti dimusnahkannya kaum ‘Ad.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Mengidentifikasi Ciri-ciri Teroris Khawarij
Kami
merasa perlu untuk membahas secara singkat tentang ciri-ciri teroris
Khawarij, karena kami melihat telah terjadi salah kaprah dalam hal ini.
Kami memandang bahwa tidak tepat bila seseorang menilai orang lain
sebagai teroris atau sebagai orang yang terkait dengan jaringan teroris,
ataupun mencurigainya hanya berdasarkan dengan penampilan lahiriah
(luar) semata.
Mengapa?
Karena pada kenyataannya, para pelaku teror tersebut selalu
berganti-ganti penampilan. Bahkan terkadang mereka cenderung memiliki
penampilan yang akrab dengan masyarakat pada umumnya untuk menghilangkan
jejak mereka. Sebagaimana yang terjadi pada Imam Samudra cs sebelum
ditangkap. Sehingga, penampilan lahiriah mereka -baik penampilan ala
masyarakat pada umumnya atau penampilan agamis- akan selalu ada yang
menyerupai. Berdasarkan hal ini, penampilan lahiriah semata tidak bisa
menjadi tolok ukur. Tatkala para teroris tersebut memakai topi pet,
celana panjang (pantalon), kaos, serta mencukur jenggot, kita tidak bisa
menjadikan hal-hal seperti ini sebagai ciri teroris. Tidak boleh bagi
kita untuk menilai orang yang serupa dengan mereka dalam cara berpakaian
ini sebagai anggota mereka.
Demikian
pula sebaliknya. Ketika para teroris itu berpenampilan Islami dengan
memelihara jenggot, memakai celana di atas mata kaki, memakai gamis, dan
istrinya bercadar, kita juga tidak bisa menjadikan penampilan seperti
itu sebagai ciri teroris. Tidak boleh pula bagi kita untuk menilai orang
yang berpakaian seperti mereka ini sebagai anggota jaringan mereka.
Faktor pendorong orang-orang untuk berpenampilan agamis adalah karena
hal itu merupakan ajaran Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Semua itu tak ubahnya seperti ajaran agama Islam yang lain semacam
shalat, puasa, dan lain sebagainya -terlepas dari perbedaan pendapat
para ulama dalam hal cadar, apakah itu wajib atau sunnah-. Bukankah para
teroris Khawarij tersebut juga shalat dan berpuasa bahkan mungkin
melakukannya dengan rajin dan penuh semangat?! Lalu apakah kita akan
menilai shalat dan puasa sebagai ciri teroris? Sehingga kita akan
menuduh orang yang shalat dan puasa sebagai anggota jaringan teroris?
Tentu tidak. Hal seperti ini hendaknya direnungkan.
Maka kami mengingatkan diri kami dan semua pihak dengan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala (artinya):
“Dan
orang-orang yang menyakiti orang-orang mukmin dan mukminat tanpa
kesalahan yang mereka perbuat, maka sesungguhnya mereka telah memikul
kebohongan dan dosa yang nyata.” (Al-Ahzab: 58)
Akan tetapi, di antara cara mengidentifikasi teroris Khawarij bisa dilakukan dengan hal-hal berikut ini:
1. Mereka memiliki pertemuan-pertemuan rahasia, yang tidak dihadiri kecuali oleh orang-orang khusus.
2.
Mereka akan menampakkan kebencian terhadap penguasa muslim. Dalam
pertemuan-pertemuan khusus, mereka tak segan-segan menganggap para
penguasa muslim tersebut sebagai orang kafir.
3.
Mereka akan menampakkan pujian-pujian terhadap para tokoh-tokoh
Khawarij masa kini, semacam Usamah bin Laden dan yang sejalan
dengannya.
4.
Mereka gandrung terhadap buku-buku hasil karya tokoh-tokoh tersebut,
juga buku-buku tokoh pergerakan semacam Sayyid Quthub, Salman Al-‘Audah,
Fathi Yakan, Hasan Al-Banna, Said Hawwa, dan yang sejalan dengan
mereka.
Ini
semua sebatas indikasi yang mengarah kepada terorisme. Untuk
memastikannya, tentu perlu kajian lebih lanjut terhadap yang
bersangkutan.
Korban-korban Teroris Khawarij
Pihak pertama, orang-orang yang berkeinginan untuk menjadi baik dan berupaya menapaki jejak Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Mereka menyadari pentingnya berpegang teguh dengan ajaran-ajaran beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam
yang mulia nan indah. Mereka menyadari betapa bahayanya arus
globalisasi yang tak terkendali terhadap pribadi-pribadi mulia. Mereka
berusaha mengamalkan ajaran Islam yang benar pada diri dan keluarga
mereka untuk melindungi diri dan keluarga mereka dari berbagai kerusakan
moral bahkan aqidah, sekaligus melindungi diri dan keluarga mereka dari
api neraka di hari akhirat, dalam rangka mengamalkan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala (artinya):
“Wahai
orang-orang yang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka
yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya
malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah
terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan
apa yang diperintahkan.” (At-Tahrim: 6)
Pihak
ini menjadi korban aksi para teroris. Karena para teroris dengan aksi
mereka, telah mencoreng Islam di mata masyarakat yang luas, sehingga
pihak ini menuai getah dari aksi para teroris tersebut. Pihak ini
akhirnya dicurigai oleh masyarakat sebagai bagian dari jaringan teroris
hanya karena adanya sebagian kemiripan pada penampilan luar, padahal
aqidah dan keyakinan mereka sangat jauh dan bertentangan. Sehingga
celaan, cercaan, sikap dingin, diskriminasi bahkan terkadang intimidasi
(ancaman) dari masyarakat kepada mereka pun tak terelakkan. Maka kami
nasihatkan kepada pihak ini untuk bersabar dan mengharap pahala dari
Allah Subhanahu wa Ta’ala atas segala cobaan yang mereka dapatkan. Janganlah melemah, tetaplah istiqamah. Jadikan ridha Allah Subhanahu wa Ta’ala sebagai tujuan. Ingatlah pesan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam:
قُلْ آمَنْتُ بِاللهِ فَاسْتَقِمْ
“Katakan: ‘Aku beriman kepada Allah‘ lalu istiqamahlah.” (HR. Muslim dari shahabat Sufyan bin Abdillah Ats-Tsaqafi Radhiyallahu ‘anhu)
Pihak
kedua, adalah orang awam pada umumnya. Tak sedikit dari mereka
ber-su‘uzhan (buruk sangka) kepada pihak pertama karena adanya aksi-aksi
teror tersebut. Mereka main pukul rata tanpa membedakan. Bahkan lebih
parah dari itu, aksi teror tersebut memunculkan fobi terhadap Islam pada
sebagian mereka, kecurigaan kepada setiap orang yang mulai aktif dalam
kegiatan-kegiatan keislaman. Bahkan mungkin sebagian orang curiga
terhadap Islam itu sendiri. Ya Allah, hanya kepada Engkaulah kami
mengadu. Betapa bahayanya kalau kecurigaan itu sudah sampai pada agama
Islam itu sendiri, sementara Islam berlepas diri dari kejahatan ini. Tak
pelak, tentu hal ini akan menumbuhkan rasa takut dan khawatir untuk
mendalami ajaran Islam dan untuk lebih mendekat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan berbagai amalan ibadah.
Nasihat
kami kepada pihak ini, janganlah salah dalam menyikapi masalah ini,
sehingga menghalanginya untuk lebih mendalami Islam dan lebih mendekat
kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Pelajarilah Islam dengan benar, ikuti jejak para As-Salafush Shalih,
dari kalangan para sahabat dan yang mengikuti mereka dengan baik, serta
menjauhi pemahaman ekstrim Khawarij dan menjauhi paham liberalisme
serta inklusivisme yang bermuara pada kebebasan yang luas dalam memahami
ajaran agama. Dengan cara ini, insya Allah mereka akan dapat
menilai mana yang benar dan mana yang salah. Jalan pun menjadi terang
sehingga mereka tidak akan salah dalam menentukan sikap dan tidak
terbawa oleh arus.
Pihak
ketiga, anak-anak muda yang punya antusias terhadap agama. Aksi
teroris, penangkapan para teroris, dan berbagai berita yang bergulir dan
tak terkendali, juga merupakan ujian buat mereka. Berbagai sikap tentu
muncul darinya, antara pro dan kontra. Kami nasihatkan kepada mereka
agar bisa bersikap obyektif dalam menilai. Jangan berlebihan dalam
bersikap. Jangan menilai sesuatu kecuali berdasarkan ilmu, baik ilmu
agama yang benar yang menjadi barometer dalam menilai segala sesuatu,
maupun ilmu (baca: pengetahuan) terhadap hakikat segala yang terjadi.
Lalu terapkanlah barometer tersebut pada hakikat realita yang terjadi.
Jangan terbawa emosi karena larut dalam perasaan yang dalam.
Kami
nasihatkan kepada anak-anak muda yang bersemangat dalam menjunjung
nilai-nilai Islam, agar mereka tidak salah memilih jalan. Ada 73 (tujuh
puluh tiga) jalan yang berlabel Islam di hadapan anda. Pada
masing-masing jalan ada yang menyeru anda untuk menjadi anggotanya. 72
(tujuh puluh dua) jalan menuju An-Nar (neraka) dan hanya ada 1 (satu)
jalan yang menuju Al-Jannah (surga). Bila tidak berhati-hati, anda akan
menjadi anggota penghuni neraka. Karenanya, ikutilah petunjuk Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam
dalam menentukan jalan di tengah-tengah perselisihan yang banyak! Ikuti
Sunnah Nabi dan para Khulafa’ur-rasyidin! Jauhilah bid’ah! Itulah jalan
yang dapat mengantarkan anda menuju Al-Jannah (surga).
Demikian
apa yang bisa kami sumbangkan kepada Islam dan muslimin serta umat
secara umum terkait masalah ini. Kami memohon maaf atas segala
kekurangan dan kesalahan. Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala
menerima amal kita semua. Ampunan-Nya senantiasa kita mohon sampai kita
berjumpa dengan-Nya pada hari yang harta dan anak sudah tidak lagi
bermanfaat padanya, kecuali mereka yang datang kepada-Nya dengan qalbu
(hati) yang bersih. Bersih dari kesyirikan, keragu-raguan, mencintai
kejelekan, terus-menerus di atas kebid’ahan dan dosa. Amin…
Diringkas dari tulisan Al-Ustadz Qomar ZA, Lc
Dengan judul MENYIKAPI AKSI-AKSI TERORIS KHAWARIJ dengan beberapa perubahan dari redaksi.